BAB VI
SUMBERDAYA KONSUMEN DAN PENGETAHUAN
6.1 Sumberdaya Ekonomi
Sumber Daya Ekonomi adalah segala
sumber daya yang dimiliki berupa barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
manusia, baik itu yang berasal dari sumber daya alam (SDA) maupun dari sumber
daya manusia (SDM) yang dapat memberikan manfaat atau keuntungan (benefit),
serta dapat diolah sebagai modal dasar dalam pembangunan ekonomi.
Sumber daya ekonomi merupakan salah
satu bentuk dari sumber daya konsumen. Sumber daya Ekonomi terdiri dari:
1.
Sumber Daya Alam (SDA)
Semua sumber / kekayaan yang berasal dari alam (Tanah, air, angin, cahaya
matahari, mineral, dsb). Contoh: Sumber daya tanah dapat dimanfaatkan
sebagai lahan perkebunan, lalu hasil perkebunan tersebut dijual sehingga
menghasilkan keuntungan.
2.
Sumber Daya Manusia (SDM)
Semua kegiatan manusia baik jasmani
(fisik) maupun rohani yang bertujuan untuk kegiatan produksi. Contoh: Petani,
nelayan, buruh, karyawan, pegawai, dll.
3.
Sumber Daya Kewirausahaan
Suatu sikap, perilaku,
semangat seseorang dalam menangani sebuah usaha atau kegiatan ekonomi, sehingga
dapat menghasilkan keuntungan. Contoh: Pengusaha kain, pengusaha tahu &
tempe, pengusaha peternakan, dll.
4.
Sumber Daya Modal
Sumber daya yang dibuat oleh manusia
baik berupa uang maupun barang yang dapat digunakan dalam membantu proses
kegiatan produksi. Contoh: Uang, bahan baku, bahan bakar, mesin, bangunan /
gedung untuk tempat produksi, dll.
Sumber daya ekonomi mempengaruhi
sumber daya konsumen, atau biasa dikenal dengan potensi ekonomi. Keadaan
ekonomi konsumen sangat mempengaruhi konsumen tersebut dalam mengambil sebuah
keputusan. Keputusan konsumen sehubungan dengan produk sangat dipengaruhi
oleh jumlah sumber daya ekonomi yang dimiliki pada saat ini maupun pada masa
yang akan datang. Berikut ini adalah pembagian sumber daya ekonomi (pendapatan)
konsumen, yaitu: 1) Sumber daya ekonomi individu; 2)Sumber daya ekonomi
keluarga; 3)Sumber daya ekonomi rumah tangga.
Selain pendapatan, sumber daya
ekonomi lainnya yaitu kekayaan (asset / nilai bersih) dan kredit. Kekayaan
seseorang berkorelasi dengan pendapatan orang tersebut.
6.2 Sumberdaya Sementara
1.
barang yang menggunakan waktu.Produk yang memerlukan
pemakaian waktu dalam mengkonsumsinya. Contoh: menonton TV, memancing, golf,
tennis (waktu Senggang) tidur, perawatan pribadi, pulang pergi (waktu wajib)
2.
Barang penghemat waktu. Produk yang menghemat waktu
memungkinkan konsumen meningkatkan waktu leluasa mereka. Contoh: oven
microwave, pemotong rumput, fast food.
6.3 Sumberdaya Kognitif
Adalah kemampuan untuk secara lebih
tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi
konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan
diperolehnya schemata skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya
dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam
merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam
konstruktivisme :
1.
Sumber Daya Konsumen Perhatian
2.
Sumber Daya Kognitif – Perhatian
Sumberdaya Kognitif menggambarkan kapasitas mental
yang tersedia untuk menjalankan berbagai kegiatan pengolahan informasi Alokasi
Kapasitas Kognitif dikenal sebagai perhatian (attention). Perhatian
terdiri dari dua dimensi :
1) Arahan (direction) menggambarkan fokus perhatian
2) Intensitas mengacu pada jumlah kapasitas yang
difokuskan pada arahan tertentu. Karena kapasitas tersebut terbatas, orang
harus selektif dalam apa yang mereka perhatikan dan berapa banyak perhatian
dialokasikan selama pengolahan informasi. Contoh :Psikologi kognitif menyatakan
bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada dari luar
dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri.
6.4 Kandungan Pengetahuan
Psikolog kognitif mengemumakan bahwa ada dua jenis
pengetahuan dasar : deklaratif dan prosedural.
1.
pengatahuan deklaratif (declarative knowledge)
melibatkan fakta subjektif yang sudah diketahui, sementara pengetahuan
prosedural (procedural knowledge) mengacu pada pengertian bagaimana fakta ini
dapat digunakan. Fakta ini bersifat subjektif dalam pengertian bahwa fakta
tersebut tidak perlu sesuai dengan realitas objektif.
2.
Pengetahuan deklrataif dibagai menjadi dua kategori :
episodik dan semantik. Pengetahuan episodik (episodic knowledge) melibatkan
pengetahuan yang dibatasi dengan lintasan waktu. Pengetahuan ini digunakan
untuk menjawab pertanyaan, “kapan anda terakhir kali membeli sejumlah pakaian?”
sebaliknya, pengetahuan sematik (semantic knowledge) mengandung pengetahuan
yang digeneralisasikan yang memberikan arti bagi dunia seseorang. Ini adalah
pengetahuan yang akan anda gunakan dalam mendeskripsikan sebuah barang.
Pengetahuan konsumen di bagi dalam tiga dibidang umum
:
1.
Pengetahuan Produk (product
knowledge) adalah kumpulan berbagai macam informasi mengenai produk. Pengetahuan ini
meliputi kategori produk, merek terminologi produk atribut atau fitur, harga
produk dan kepercayaan mengenai produk.
2.
Pengetahuan Pembelian
(purchase knowledge) adalah Pengetahuan Pembelian terdiri atas pengetahuan
tentang toko, lokasi produk di dalam toko dan penempatan produk yang sebenarnya
di dalam toko tersebut. Pengetahuan Konsumen cenderung lebih senang mengunjungi
toko yang sudah dikenalnya untuk berbelanja, karena telah mengetahui dimana
letak produk di dalam toko tersebut. Hal ini akan memudahkan konsumen untuk
berbelanja atau melakukan pembelian. Hal ini akan memudahkan konsumen untuk
berbelanja karena konsumen bisa menghemat waktu dalam mencari lokasi produk.
3.
Pengetahuan Pemakaian (usage
knowledge). Suatu produk akan memberikan manfaat kepada konsumen jika produk
tersebut telah digunakan atau dikonsumsi. Agar produk tersebut bisa
memberikan manfaat yang maksimal dan kepuasan yang tinggi, maka konsumen harus
bisa menggunakan atau mengkonsumsi produk tersebut dengan benar. Produsen berkewajiban
untuk memberikan informasi yang cukup agar konsumen mengetahui cara pemakaian
suatu produk. Pengetahuan pemakaian suatu produk adalah penting bagi konsumen
6.5 Organisasi Pengetahuan
Organisasi pengetahuan merupakan
sesuatu untuk mengatur atau struktur organisasi untuk mengelompokan
sesuatu, organisasi ini di buat untuk memudahkan penggunaan dokumen atau
pengetahuan itu sendiri atau juga bisa mendeskripsikan dokumen, isi, fitur dan
tujuan, serta membuat dokumen-dokumen dan bagian yang dapat diakses oleh
orang-orang dalam mencari pesan yang isinya meliputi pengetahuan. Organisasi
pengetahuan bisa di artikan juga sebagai tentang kegiatan seperti
mendokumenkan, pengindeksan dan klasifikasi yang dilakukan di perpustakaan,
database, arsip dll kegiatan ini dilakukan oleh pustakawan, arsiparis,
spesialis subyek dan sekaligus oleh algoritma komputer.
Pengetahuan
dalam suatu organisasi dapat menjadikan organisasi tersebut memahami tujuan
keberadaanya, diantara tujuan-tujuan tersebut yang terpenting adalah bagaimana
organisasi memahami cara mencapai tujuannya, Organisasi-organisasi yang sukses
adalah organisasi yang secara konsisten menciptakan pengetahuan baru dan
menyebarkanya secara menyeluruh didalam organisasinya dan secara cepat mengadaptasinya
kedalam teknologi dan produk serta layanan mereka. Melihat perannya yang begitu
penting bagi suatu organisasi, maka semua pengetahuan yang dimiliki oleh suatu
organisasi harus dikelola dengan baik, sehingga pengetahuan tersebut dapat
berperan optimal untuk organisasinya.
6.6 Mengukur Pengetahuan
Pengukuran pengatahuan objektif
(objective knowledge) adalah pengukuran yang menyadap apa yang benar-benar
sudah disimpan oleh konsumen di dalam ingatan. Ukuran pengetahuan objektif,
yang berfokus pada potongan informasi khusus yang mungkin diketahui konsumen.
Dan pilihan akhir untuk menilai pengetahuan adalah dengan menggunakan ukuran
pengetahuan subjektif (subjective knowledge). Pengetahuan ini sireflesikan oleh
pengukuran yang menyadap persepsi konsumen mengenai banyaknya pengetahuan
mereka sendiri. Pada dasarnya, konsumen diminta untuk menilai diri mereka
sendiri berkenaan dengan pengetahuan produk atau keakraban mereka. Ukuran
pengetahuan subjektif berrpusat di sekitar kesan konsumen mengenai pengetahuan
total dan keakraban mereka.
Akhirnya, pertimbangan diberikan
pada metode alternatif untuk pengukuran pengetahuan. Pengalaman pembelian atau
pemakaian, walaupun tentu saja berhubungan dengan pengetahuan, tidak harus
memberikan indikasi yang akurat mengenai beberapa persisnya informasi yang
dimiliki konsumen.
Pengetahuan konsumen terdiri dari
informasi yang disimpan di dalam ingatan. Pemasar khususnya tertarik untuk
mengerti pengetahuan konsumen. Informasi yang dipegang oleh konsumen mengenai
produk akan sangat mempengaruhi pola pembelian mereka.Di dalam Psikologi
kognitif dijelaskan bahwa ada dua jenis pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan
deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif melibatkan fakta
subjektif yang sudah diketahui. Pengetahuan deklaratif sendiri dibagi menjadi
dua kategori, yaitu pengetahuan episodik (melibatkan pengetahuan yang dibatasi
dengan lintasan waktu) dan pengetahuan semantik (mengandung pengetahuan yang
digeneralisasikan dan memberi arti bagi dunia seseorang). Sedangkan pengetahuan
prosedural mengacu pada pengertian bagaimana fakta ini dapat digunakan. Fakta
ini juga bersifat subjektif dalam pengertian fakta tersebut tidak perlu sesuai
dengan realitas objektif.
BAB
VII
SIKAP, MOTIVASI, DAN KONSEP DIRI
Secara umum, pengertian sikap (attitude) adalah
perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat
permanen mengenal aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Komponen-komponen
sikap adalah pengetahuan. perasaan-perasaan, dan kecenderungan untuk bertindak.
Dalam pengertian yang lain, sikap adalah kecondongan evaluatif terhadap suatu
objek atau subjek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang
berhadap-hadapan dengan objek sikap. Tekanannya pada kebanyakan penelitian
dewasa ini adalah perasaan atau emosi. Sikap yang terdapat pada diri individu
akan memberi warna atau corak tingkah laku ataupun perbuatan individu yang
bersangkutan. Dengan memahami atau mengetahui sikap individu, dapat
diperkirakan respons ataupun perilaku yang akan diambil oleh individu yang
bersangkutan.
Sikap adalah
suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang
merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang
saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu
objek.
Perilaku adalah
tanggapan atau reaksi individu yang terwujud di gerakan (sikap); tidak saja
badan atau ucapan.
Para ahli juga banyak menyumbangkan pengertian sikap.
Berikut ini pengertian sikap dari beberapa ahli:
1.
Notoatmodjo S. (1997): Sikap adalah
reaksi atau respons yang masih tertutup dan seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek.
2.
Bimo Walgito, (2001): Sikap
adalah organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi
yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar
pada orang tersebut untuk membuat respons atau berpenilaku dalam cara tertentu
yang dipilihnya.
Meski ada begitu banyak pengertian sikap, yang pasti, dalam berbagai ulasan
tentang sikap selalu ditemui beberapa konstruksi yang relatif tetap, berkaitan
dengan jenis, dimensi, dan hierarki sikap.
7.1 Komponen Sikap
Ada tiga
komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude)
yaitu,
1. Kognitif
(cognitive). Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa
yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia
akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek
tertentu.
2. Afektif (affective) Menyangkut masalah
emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen
ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.
3. Konatif
(conative). Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap
menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada
dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi (Notoatmodjo
,1997).
7.2 Sifat-Sifat Sikap
Sifat-sifat sikap terbagi kedalam
beberapa sifat, yaitu;
1.
Consumer Behavior Is Dynamic.Perilaku konsumen dikatakan dinamis karena proses
berpikir, merasakan, dan aksi dari setiap individu konsumen, kelompok konsumen,
dan perhimpunan besar konsumen selalu berubah secara konstan. Sifat yang
dinamis demikian menyebabkan pengembangan strategi pemasaran menjadi sangat
menantang sekaligus sulit. Suatu strategi dapat berhasil pada suatu saat dan
tempat tertentu tapi gagal pada saat dan tempat lain. Karena itu suatu
perusahaan harus senantiasa melakukan inovasi-inovasi secara berkala untuk
meraih konsumennya.
2.
Consumer Behavior Involves Interactions. Dalam perilaku konsumen terdapat
interaksi antara pemikiran, perasaan, dan tindakan manusia, serta lingkungan.
Semakin dalam suatu perusahaan memahami bagaimana interaksi tersebut
mempengaruhi konsumen semakin baik perusahaan tersebut dalam memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen serta memberikan value atau nilai bagi
konsumen.
3.
Consumer Behavior Involves Exchange. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran
antara manusia. Dalam kata lain seseorang memberikan sesuatu untuk orang lain
dan menerima sesuatu sebagai gantinya.
7.3
Penggunaan
Multiatribute Attitude Model Untuk Memahami Sikap Konsumen
Pengukuran
sikap yang paling populer digunakan oleh para peneliti konsumen adalah model
multi atribut yang terdiri dari tiga model :
1.
The attittude toward-object model Digunakan khususnya menilai sikap konsumen
terhadap satu kategori produk atau merk spesifik. Hal ini untuk menilai fungsi
kehadiran dan evaluasi terhadap sesuatu.Pembentukan sikap konsumen yang
dimunculkan karena telah merasakan sebuah objek. Hal ini mempengaruhi
pembentukan sikap selanjutnya.
2.
The attitude-toward-behavior model Lebih
digunakan untuk menilai tanggapan konsumen melalui tingkah laku daripada sikap
terhadap objek. Pembentukan sikap konsumen akan ditunjukan berupa tingkah laku
konsumen yang berupa pembelian ditempat itu.
3.
Theory of-reasoned-action model Menurut teori ini pengukuran sikap yang tepat
seharusnya didasarkan pada tindakan pembelian atau penggunaan merk produk bukan
pada merek itu sendiri tindakan pembelian dan mengkonsumsi produk pada akhirnya
akan menentukan tingkat kepuasan.
7.4 Pentingnya Feeling dalam Memamahami Sikap
Konsumen
Sikap mulai
menjadi fokus pembahasan dalam ilmu sosial semenjak awal abad 20. Secara
bahasa, Oxford Advanced Learner Dictionary (Hornby, 1974) mencantumkan bahwa
sikap (attitude), berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu “Manner of
placing or holding the body, and Way of feeling.
7.5
Penggunaan Sikap dan Maksud Untuk Memperkirakan Perilaku Konsumen
Sebagai
konsumen, kita masing – masing mempunyai berbagai macam sikap terhadap
produksi, jasa iklan, pesanan langsung melalui surat (direct mail), internet,
dan toko ritel. Dalam konteks perilaku konsumen, pengertian mengenai berbagai
sikap yang umum akan memberi manfaat strategis yang besar. Untuk sampai ke inti
yang mendorong perilaku para konsumen, riset sikap telah digunakan untuk
mempelajari berbagai macam masalah pemasaran yang strategis.
Tujuan riset untuk mengenali sikap – sikap terakhir sebagai dasar untuk memuaskan berbagai kebutuhan konsumen dengan lebih baik .
Tujuan riset untuk mengenali sikap – sikap terakhir sebagai dasar untuk memuaskan berbagai kebutuhan konsumen dengan lebih baik .
7.6 Dinamika Proses Motivasi
Kata motivasi
berasal dari Bahasa Inggris adalah “Motivation”. Perkataan asalnya ialah
“Motive” yang juga telah dipinjam oleh Bahasa Melayu atau Bahasa Malaysia
kepada “Motif” yang artinya tujuan. Jadi, motivasi adalah sesuatu yang
menggerakan atau mengarahkan tujuan seseorang dalam tindakan-tindakannya secara
negatif atau positif untuk mencapai tujuannya. Ada tiga komponen utama dalam
motivasi yaitu : Kebutuhan Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada
ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Moslow
membagi kebutuhan menjadi lima tingkatan yakni a) kebutuhan fisiologis, b)
kebutuhan akan rasa aman, c) kebutuhan sosial, d) kebutuhan akan penghargaan
diri, dan e) kebutuhan aktualisasi. Dorongan Dorongan merupakan kekuatan mental
untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Tujuan Tujuan adalah
hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan
perilaku, dalam hal ini perilaku belajar. Kekuatan mental atau kekuatan
motivasi belajar dapat diperkuat dan dikembangkan. Interaksi kekuatan mental
dan pengaruh dari luar ditentukan oleh responden prakarsa pribadi pelaku.
7.7 Kegunaan dan Stabilitas Pola Motivasi
Motivasi
merupakan dorongan/tenaga pendorong pada diri individu/seseorang untuk
melakukan sesuatu guna memenuhi kebutuhannya yang belum terpenuhi. Motivasi
konsumen dalam menjawab pertanyaan mengenai mengapa seseorang membeli produk
tertentu, hal ini berhubungan dengan motivasi seorang konsumen. Motivasi
konsumen mewakili dorongan untuk memuaskan kebutuhan baik yang bersifat
fisiologis maupun psikologis melalui pembelian dan penggunaan suatu produk.
7.8 Memahami Kebutuhan Konsumen
Kebutuhan
konsumen merupakan faktor yang dipengaruhi oleh beberapa kriteria sbb:
1. Kebutuhan
yang dimaksud adalah keinginan yang dilandasi oleh kebutuhan yang tidak dapat
dihindari antara lain:kebutuhan fisik seperti makanan, pakaian, kenyamanan,
keamanan dimana satu sama lain konsumen memiliki perbedaan kebutuhan sosial
seperti aktualisasi diri, harga diri, perhatian orang lain sangat ditentukan
oleh strata sosial yang dimiliki konsumen misalnya tingkat pernghasilan,
lingkungan. Kebutuhan individual seperti pendidikan, penampilan dll.
2. Keinginan
(wants) merupakan kebutuhan yang dibentuk oleh kultur dan kepribadian konsumen
yang akan membentuk permintaan (demand) yang akan memberikan kepuasan bagi
konsumen bersangkutan.
3. Kebutuhan
psikologis. Jenis kebutuhan seperti ini dilatarbelakangi oleh kemampuan daya
beli konsumen yang melebihi tingkat kebutuhannya. Artinya kelompok konsumen
yang berpenghasilan tinggi secara psikolgis mereka ingin tampil beda dengan
konsumen lainnya. Keinginan terhadap suatu produk tidak mempertimbangkan harga
tetapi produk yang mampu mengangkat harga dari konsumen seperti mobil, arloji,
lukisan atau benda seni dan produk bermerk lainnya .
BAB
VII
KEPRIBADIAN, NILAI DAN GAYA HIDUP
8.1 Kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan cara
seorang individu
bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering
dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh
seseorang.
8.1.1
Teori Kepribadian
Teori ini merupakan salah satu unsur penting dari setiap
pengetahuan ilmiah atau ilmu, termasuk psikologi kepribadian. Tanpa teori
kepribadian usaha memahami perilaku dan kepribadian manusia pasti sulit untuk
dilaksanakan. Apakah yang dimaksud dengan teori kepribadian ? Menurut Hall dan
Lindzey (Koeswara, 1991 : 5), teori kepriadian adalah sekumpulan anggapan atau
konsep-konsep yang satu sama lain berkaitan mengenai tingkah laku manusia.
8.1.2
Dimensi-dimensi Teori Kepribadian
Setiap teori kepribadian diharapkan mampu memberikan jawab
atas pertanyaan sekitar apa, mengapa, dan bagaimana tentang perilaku manusia.
Untuk itu setiap teori kepribadian yang lengkap, menurut Pervin (Supratiknya,
1995 : 5-6), biasanya memiliki dimensi-dimensi sebagai berikut :
1. Pembahasan tentang struktur, yaitu aspek-aspek kepribadian yang bersifat
relatif stabil dan menetap, serta yang merupakan unsur-unsur pembentuk
sosok kepribadian.
2. Pembahasan tentang proses, yaitu konsep-konsep tentang motivasi
untuk menjelaskan dinamika tingkah laku atau kepribadian.
3. Pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan, yaitu aneka
perubahan pada struktur sejak masa bayi sampai mencapai kemasakan,
perubahan-perubahan pada proses yang menyertainya, serta berbagai faktor yang
menentukannya.
4. Pembahasan tentang psikopatologi, yaitu hakikat gangguan
kepribadian atau tingkah laku beserta asal-usul atau proses perkembangannya.
5. Pembahasan tentang perubahan tingkah laku, yaitu konsepsi tentang
bagaimana tingkah laku bisa dimodifikasi atau diubah.
8.1.3
Sifat sifat kepribadian
Struktur kepribadian
berkisar di seputar upaya untuk mengindentifikasi dan menamai karakteristik
permanen yang menjelaskan prilaku individu atau seseorang .Karakter yang
melekat pada individu contoh nya : malu , agresif , pemalas ,ambisius ,setia
dan takut .karakteristik tersebut jika di tunjukan dalam berbagai situasi di
sebut “ sifat sifat kepribadian
faktor-faktor penentu kepribadian.
faktor-faktor penentu kepribadian.
1. faktor keturunan seperti : tinggi badan ,fisik , bentuk wajah ,
temperamen dan lain lain.
2. lingkungan seperti :Faktor
lingkungan memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Contoh : Budaya membentuk nourma ,
sikap dan nilai yang di wariskan dari generasi yang satu dengan generasi selanjut nya .
8.2 Nilai-Nilai Individu
Freud
mengemukakan bahwa nilai-nilai individu kepribadian manusia terdiri dari 3
sistem yang saling mempengaruhi yaitu id, superego, dan ego.
1. ID . Id dirumuskan sebagai “gudang” dari berbagai dorongan
primitif dan impulsif berupa kebutuhan fisiologis dasar seperti rasa haus,
lapar, dan seks yang diusahakan individu untuk segera dipenuhi, terlepas dari
bagaimana cara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan itu.
2. Superego, Sedangkan superego dirumuskan sebagai pernyataan diri
individu mengenai moral dan kode eti k yang berlaku di dalam masayarakat. Peran
superego adalah menjaga agar individu tersebut memuaskan kebutuhan dengan cara
yang dapat diterima masyarakat.
3. Ego, merupakan pengendalian individu secara sadar. Fungsinya
sebagai pemantau dalam diri manusia yang berusaha menyeimbangkan tuntutan id
yang impulsi dengan kendala sosial buadaya atas superego.
8.3
Konsep Gaya Hidup dan Pengukurannya
Gaya hidup adalah bagaimana seseorang menjalankan apa yang
menjadi konsep dirinya yang ditentukan oleh karakteristik individu yang
terbangun dan terbentuk sejak lahir dan seiring dengan berlangsungnya interaksi
sosial selama mereka menjalani siklus kehidupan.
Psikografi adalah variabel-variabel yang digunakan untuk
mengukur gaya hidup. Bahkan sering kali istilah psikografi dan gaya hidup
digunakan secara bergantian. Beberapa variabel psikografi adalah sikap, nilai,
aktivitas, minat, opini, dan demografi.
Gaya hidup terkait dengan bagaimana seseorang hidup,
bagaimana menggunakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu mereka.
Kepribadian menggambarkan konsumen lebih kepada perspektif internal, yang
memperlihatkan karakteristik pola berpikir, perasaan dan persepsi mereka
terhadap sesuatu.
Ada 3
Faktor yang mempengaruhi Gaya Hidup Konsumen :
1. Kegiatan yaitu bagaimana konsumen menghabiskan waktunya.
2. Minat yaitu tingkat keinginan atau perhatian atas pilihan yang
dimiliki konsumen.
- Pendapat atau pemikiran yaitu jawaban sebagai respon dari stimulus dimana semacam pertanyaan yang diajukan.
8.4
Pengukuran Ganda Perilaku Individu
Pengukuran ganda perilaku individu digunakan di dalam
analisis perilaku konsumen.Kepribadian mempunyai efek atas pembelian, namun
gaya hidup memiliki efek yang lebih besar.Tentu saja sumber daya seperti
pendapatan dan waktu juga memberikan efek yang penting. Ancangan elektrik
terhadap gaya hidup adalah yang paling praktis untuk mengembangkan
strategi pemasaran.Tujuannya adalah mengerti konsumen sebaik mungkin
BAB
IX
MEMPENGARUHI
SIKAP DAN PERILAKU
9.1 Dari Bujukan Hingga Komunikasi
Berawal dari Stimulan yang merupakan
masukan proses perilaku dibedakan atas rangsangan pemasaran dari pemasar dan
rangsangan dari lingkungan konsumen itu sendiri. Sedangkan proses pengambilan
keputusan dipengaruhi oleh faktor personal maupun sosial konsumen. Respons
perilaku konsumen dapat dijadikan faktor yang dapat membentuk keputusan
pembelian (yaitu pembelian selanjutnya) atau tidak melakukan pembelian (menolak
produk yang ditawarkan).
Rangsangan pemasaran dari pemasar
yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen yaitu seluruh kegiatan
pemasaran yang meliputi bujukan hingga komunikasi mengenai produk tertentu yang
ditawarkan. Para pemasar dapat melakukan kegiatan yang dapat dijadikan teknik
modifikasi perilaku konsumen. Berbagai teknik modifikasi yang dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen adalah melalui beberapa aspek
pemasaran yang meliputi aspek produk, aspek harga, dan aspek promosi.
9.2 Teknik Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku menunjuk kepada
teknik mengubah perilaku, seperti mengubah perilaku dan reaksi seseorang
terhadap suatu stimulus melalui penguatan perilaku adaptif dan/atau
penghilangan perilaku maladaptif melalui hukuman. Istilah ini pertama kali
digunakan oleh Edward Thorndike pada tahun 1911 dalam artikelnya Provisional
laws of acquired behavior or learning.
Eksperimen psikologi klinis menggunakan istilah modifikasi perilaku untuk
merujuk pada teknik psikoterapi khususnya untuk meningkatkan perilaku adaptif
dan menghilangkan yang maladaptif. Dua istilah lain yang berhubungan adalah
terapi perilaku dan analisis perilaku. Dalam hal ini, beberapa penulis,
menganggap bahwa modifikasi
Ada berbagai
macam teknik modifikasi perilaku diantaranya adalah sebagai berikut.
1.
Dorongan ( prompting)
Adalah
permintaan untuk melakukan suatu tindakan kepada seseorang.Barangkali setiap
orang yang pernah memesan makanan di restoran fast-food pernah menjumpai
dorongan.
2.
Teknik Banyak Permintaan (many asking)
Adalah
mengajukan beberapa permintaan kepada konsumen dengan mengawalinya dari
permintaan yang kecil lalu ke permintaan yang lebih besar. Atau sebaliknya,
diawali dari permintaan besar kemudian diikuti oleh permintaan lebih
kecil.Contoh: Menawarkan produk yang lebih mahal terlebih dahulu, kemudian
menawarkan produk yang lebih murah.
3.
Prinsip Resiprositas (reprosity)
Adalah teknik meningkatkan kepatuhan
konsumen atas permintaan pemasar dengan lebih dahulu menawarkan orang
bersangkutan sejumlah hadiah atau sample produk. Contoh: Memberikan sample
produk gratis, mencicipi produk, test drive dan sebagainya.
4.
Peran Komitmen (committement)
Komitmen
yang dipegang secara konsisten akan meningkatkan jumlah pembelian.Komitmen yang
tertulis akan dapat meningkatkan konsistensi dalam bertransaksi.Perusahaan
penjualan door to door telah menemukan keajaiban komitmen tertulis. Mereka
dapat mengurangitingkat pembatalan hanya dengan meminta pelanggan mengisi formulir
perjanjian penjualan (sebagai tanda jadi).
5.
Pelabelan (labeling)
Melibatkan pelekatan semacam
gambaran pada seseorang, seperti “Anda Baik Hati”. Label diduga menyebabkan
orang memandang diri mereka dengan cara yang disiratkan oleh labelnya. Pelabelan
dapat digunakan oleh pemasar untuk menarikhati calon konsumen, sehingga
pembelian terjadi.Pemasar pakaian dapat mengatakan, “Anda orang tua yang penuh
perhatian.” di saat menawarkan pakaian untuk anak orang tersebut.
6.
Insentif ( insentif)
Insentif mencakup jajaran luas
alat-alat promosi, seperti korting harga, undian, rabat, kontes dan kupon.
Insentif biasanya mewakili komponen penting dari keseluruhan strategi promosi
produk.Contoh:mainan anak pada produk makanan anak, cairan pewangi pada produk
detergen dan sebagainya.
BAB
X
PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBELIAN DAN KONSUMENSI
10.1
Pengertian
Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
“kultur” dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.
10.2
Dimanakah
Seseorang Menemukan Nilai-Nilai yang Dianutnya?
Nilai sosial adalah nilai yang
dianut oleh suatu masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang
dianggap buruk oleh masyarakat. Untuk menentukkan sesuatu itu dikatakan
baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang.
Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat.
Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat
perbedaan tata nilai. Ciri-ciri pembentukan nilai-nilai sosial yang dianut :
a.
Merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil
interaksi antar warga masyarakat.
b.
Disebarkan di antara warga masyarakat (bukan bawaan
lahir).
c.
Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar).
d.
Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan
kepuasan sosial manusia.
e.
Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan
kebudayaan yang lain.
f.
Dapat mempengaruhi pengembangan diri sosial.
g.
Memiliki pengaruh yang berbeda antar masyarakat.
h.
Cenderung berkaitan satu sama lain.
Individu tidak lahir dengan membawa
nilai-nilai (values). Nilai-nilai
ini diperoleh dan berkembang melalui informasi, lingkungan keluarga, serta
budaya sepanjang perjalanan hidupnya. Mereka belajar dari keseharian dan
menentukan tentang nilai-nilai mana yang benar dan mana yang salah. Untuk
memahami perbedaan nilai-nilai kehidupan ini sangat tergantung pada situasi dan
kondisi dimana mereka tumbuh dan berkembang.
Nilai-nilai tersebut diambil dengan berbagai cara
antara lain :
a.
Model atau Contoh, dimana individu belajar tentang
nilai-nilai yang baik atau buruk melalui observasi perilaku keluarga, sahabat,
teman sejawat dan masyarakat lingkungannya dimana dia bergaul.
b.
Moralitas, diperoleh dari keluarga, ajaran agama,
sekolah, dan institusi tempatnya bekerja dan memberikan ruang dan waktu atau
kesempatan kepada individu untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang berbeda.
c.
Sesuka Hati, adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai
ini kurang terarah dan sangat tergantung kepada nilai-nilai yang ada di dalam
diri seseorang dan memilih serta mengembangkan sistem nilai-nilai tersebut
menurut kemauan sendiri. Hal ini lebih sering disebabkan karena kurangnya
pendekatan, atau tidak adanya bimbingan atau pembinaan sehingga dapat
menimbulkan kebingungan dan konflik internal bagi individu tersebut.
d.
Penghargaan dan
Sanksi, perlakuan yang biasa diterima seperti mendapatkan penghargaan bila
menunjukkan perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapat sanksi atau
hukuman bila menunjukkan perilaku yang tidak baik.
e.
Tanggung Jawab Untuk Memilih, adanya dorongan internal
untuk menggali nilai-nilai tertentu dan mempertimbangkan konsekuensinya untuk
diadaptasi. Disamping itu, adanya dukungan dan bimbingan dari seseorang
yang akan menyempurnakan perkembangan sistem nilai dirinya sendiri.
10.3
Pengaruh
Kebudayaan terhadap Perilaku Konsumen
Pengertian perilaku konsumen menurut
Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang diperhatikan konsumen dalam
mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau
ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya
dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. Selain itu perilaku
konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses pengambilan
keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan
individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan
barang-barang dan jasa-jasa. Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior
dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk
yang dibeli dan dikonsumsi.
1.
Model perilaku konsumen Konsumen mengambil banyak
macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti
keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai
apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak
mereka membeli, serta mengapa mereka membeli.
2.
Faktor Budaya Faktor budaya memberikan pengaruh paling
luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang
dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas social pembeli. Budaya adalah
penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Budaya
merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang
dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting
lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih
kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk
para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok
nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak
subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang
produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama
dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya
mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan
oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi
pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
3.
Pengaruh Budaya Yang Tidak Disadari Dengan adanya
kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan . Dengan memahami beberapa
bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi
penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi
masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga
pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja.
4.
Pengaruh Budaya dapat Memuaskan Kebutuhan Budaya yang
ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu
produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan
menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis,
personal dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan
dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap
waktu seseorang pada waktu makan. Begitu juga hal yang sama yang akan dilakukan
konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan olahan dan suatu obat.
5.
Pengaruh Budaya dapat Dipelajari Budaya dapat
dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan seseorang
mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang
kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat
dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang
dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih
muda mengenai cara berperilaku. Ada juga misalnya seorang anak belajar dengan
meniru perilaku keluarganya, teman atau pahlawan di televisi. Begitu juga dalam
dunia industri, perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran
secara informal dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat.Misalnya dengan
adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk dan pembentukan
kepercayaan dalam diri masyarakat. Seperti biasanya iklan sebuah produk akan
berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang dapat menjadi
keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak hanya mampu
mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu produk,
namun dapat juga memepengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai keuntungan
yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu.
6.
Pengaruh Budaya yang Berupa Tradisi Tradisi adalah
aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah
(berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi
berulang-ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir
hingga mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum. Hal yang penting dari
tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih
berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal, yang
selalu berhubungan dengan pohon cemara. Dan untuk tradisi-tradisi misalnya
pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara
tersebut.
10.4
Struktur
Konsumsi
Konsumen mengambil banyak macam
keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan
membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang
dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka
membeli, serta mengapa mereka membeli.
10.5
Dampak
Nilai-Nilai Inti terhadap Pemasar
Kebutuhan Konsep dasar yang
melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah
pernyataan dari rasa kahilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang
kompleks. Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena ukan hanya fisik
(makanan, pakaian, perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri,
sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat
konsumen, bila tidak puas consumen akan mencari produk atau jasa yang dapat
memuaskan kebutuhan tersebut.
Keinginan Bentuk kebutuhan manusia
yang dihasilkan oleh budaza dan kepribadian individual dinamakan keinginan.
Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka
atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat
yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada
keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang
bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menenbus
keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya.
Contoh : manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan lapar tersebut
tergantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya.
Permintaan Dengan keinginan dan
kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan
permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. Sehingga
muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan menusia akan produk spesifik yang
didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.
10.6
Perubahan
Nilai
Budaya juga perlu mengalami perubahan nilai. Ada
beberapa aspek dari perlunya perluasan perubahan budaya yaitu :
1.
Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal atau
luas. Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran
individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak menentukan sifat dasar dari
frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar, hal tersebut berpengaruh jika
waktu dan cara dari dorongan ini akan memberi kepuasan.
2.
Budaya adalah hal yang diperoleh. Namun tidak
memaksudkan mewarisi respon dan kecenderungan. Bagaimanapun juga, bermula dari
perilaku manusia tersebut.
3.
Kerumitan dari masyarakat modern yang merupakan
kebenaran budaya yang jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku
yang tepat.
10.7
Perubahan
Institusi
Variasi nilai perubahan dalam nilai
budaya terhadap pembelian dan konsumsi Nilai budaya memberikan dampak yang
lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan kedalam
kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai lainnya yaitu
merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan
kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam
praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif,
konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan
tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk “menjadi seorang individual”.
Dan begitu juga pada budaya yang individualistik. Sifat dasar dari nilai yang
terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga,
maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.
1.
Individual/kolektif Budaya individualis terdapat pada
budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan Swedia. Sedangkan
Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia lebih kolektifis
dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya,
dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak mengherankan,
konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka
pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi.
Seperti contoh, konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk
menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka
dibandingkan dengan budaya individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti ”
be your self” dan “stand out”, mungkin lebih efektif dinegara amerika tapi
secara umum tidak di negara Jepang, Korea, atau Cina.
2.
Usia muda/tua Dalam hal ini apakah dalam budaya pada
suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum muda lebih berperan dibandingkan dengan
orang dewasa dalam pembelian. Dengan kata lain adalah melihat faktor budaya
yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia. Seperti contoh di
Negara kepulauan Fiji, para orang tua memilih untuk menyenangkan anak mereka
dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan para orang tua di Amerika
yang memberikan tuntutan yang positif bagi anak mereka. Disamping itu, walaupun
Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi keluarga memiliki
lebih dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak merupakan “kaisar kecil”
bagi mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi. Dengan
kata lain, penting untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai masih
berpengaruh dan pera pemasar harus menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya
melainkan juga pada budaya didalamnya.
3.
Luas/batasan keluarga Yang dimaksud disini adalah
bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan penting bagi
anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua)
memiliki kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya.
Atau malah sebaliknya anak-anak memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi
diri mereka sendiri. Dan bisa dikatakan juga bahwa pengaruh pembelian oleh
orang tua akan berpengaruh untuk seterusnya pada anak. Seperti contoh pada
beberapa budaya yaitu seperti di Meksiko, sama halnya dengan Amerika, peran
orang dewasa sangat berpengaruh. Para orang tua lebih memiliki kecenderungan
dalam mengambil keputusan dalam membeli. Begitu juga para orang dewasa muda di
Thailand yang hidup sendiri diluar dari orang tua atau keluarga mereka. Tetapi
ketergantungan dalam membeli masih dipengaruhi oleh orang tua maupun keluarga
mereka. Yang lain halnya di India, sesuatu hal yang akan dibeli diputuskan
bersama-sama dalam satu keluarga yaitu seperti diskusi keluarga diantara
mereka.