Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir
yang bertolak dari pengamatan indera(pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi –
proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Ada dua jenis metode dalam
menalar yaitu deduktif dan induktif.
Ciri-ciri Penalaran
Berikut ini
merupakan ciri-ciri penalaran:
1. Adanya suatu pola berpikir yang
secara luas dapat disebut logika (penalaran merupakan suatu proses berpikir
logis).
2. Sifat analitik dari proses berpikir.
Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan
langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara
analitik.
Secara detail penalaran mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Logis, suatu penalaran harus
memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang secara objektif dan
didasarkan pada data yang sahih.
2. Analitis, berarti bahwa kegiatan
penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam merangkai,
menyusun atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu
pola tertentu.
3. Rasional, artinya adalah apa yang
sedang di nalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat
dipikirkan secara mendalam.
Tahap-tahap Penalaran
Menurut John
Dewey, proses penalaran manusia dilakukan melalui beberapa tahap berikut:
1. Timbul rasa sulit, baik dalam bentuk
adaptasi terhadap alat, sulit mengenal sifat, ataupun dalam menerangkan hal-hal
yang muncul secara tiba-tiba.
2. Kemudian rasa sulit tersebut diberi
definisi dalam bentuk permasalahan.
3. Timbul suatu kemungkinan pemecahan
yang berupa reka-reka, hipotesis, inferensi atau teori.
4. Ide-ide pemecahan diuraikan secara
rasional melalui pembentukan implikasi dengan cara mengumpulkan bukti-bukti
(data).
5. Menguatkan pembuktian tentang
ide-ide tersebut dan menyimpulkan melalui keterangan-keterangan ataupun
percobaan-percobaan.
Metode –
Metode Penalaran
1.Metode Deduktif
Penalaran
deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum.
Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara
deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuku kepada hal-hal yang khusus
atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif tersebut
dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.
Metode
berpikir deduktif adalah suatu metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang
umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang
khusus. Hal ini adalah suatu sistem penyusunan fakta yang telah diketahui
sebelumnya guna mencapai suatu kesimpulan yang logis. Dalam penalaran deduktif,
dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang disebut silogisme dan terdiri
atas beberapa unsur yaitu:
1. Dasar
pemikiran utama (premis mayor)
2. Dasar
pemikiran kedua (premis minor)
3.
Kesimpulan
Jenis
penalaran deduktif yaitu:
1. Silogisme Kategorial = Silogisme
yang terjadi dari tiga proposisi.
2. Silogisme Hipotesis = Silogisme yang
terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
3. Silogisme Akternatif = Silogisme
yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
4. Entimen = Silogisme ini jarang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang
dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Penarikan
kesimpulan deduktif dibagi menjadi dua, yaitu penarikan langsung dan tidak
langsung.
1. Penarikan
simpulan secara langsung
Simpulan
secara langsung adalah penarikan simpulan yang ditarik dari satu premis. Premis
yaitu prosisi tempat menarik simpulan.
Simpulan
secara langsung:
a. Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)
Contoh: Semua manusia mempunyai rambut. (premis)
Sebagian yang mempunyai rambut adalah manusia.
(simpulan)
b. Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh: Semua pistol adalah senjata berbahaya.
(premis)
Tidak satu pun
pistol adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)
c. Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh: Tidak seekor pun gajah adalah jerapah.
(premis)
Semua
gajah adalah bukan jerapah. (simpulan)
d. Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu-pun S adalah tak P. (simpulan)
Tidak satu-pun tak P adalah S. (simpulan)
Contoh: Semua kucing adalah berbulu. (premis)
Tidak satu pun kucing adalah tak berbulu. (simpulan)
Tidak satu pun yang tak berbulu adalah kucing.
(simpulan)
2. Penarikan
simpulan secara tidak langsung
Untuk penarikan simpulan secara tidak langsung
diperlukan dua premis sebagai data. Dari dua premis tersebut akan menghasilkan
sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan
premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.
Jenis
penalaran deduksi dengan penarikan simpulan tidak langsung, yaitu:
1. Silogisme
Silogisme
adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun
dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Contohnya:
- Semua manusia akan mati
- Ani adalah
manusia
Jadi, Ani
akan mati. (simpulan)
- Semua manusia bijaksana
- Semua dosen adalah manusia
Jadi, semua
dosen bijaksana. (simpulan)
2. Entimen
Entimen
adalah penalaran deduksi secara tidak langsung. Dan dapat dikatakan silogisme
premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contohnya :
- Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
- Pada malam hari tidak ada sinar matahari
Pada malam
hari tidak mungkin ada proses fotosintesis.
- Semua ilmuwan adalah orang cerdas
- Anto adalah seorang ilmuwan.
Jadi, Anto
adalah orang cerdas.
Jadi, dengan
demikian silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, entimen juga dapat dijadikan silogisme.
Ciri-ciri paragraf berpola deduktif
Paragraf berpola deduktif memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1) Letak kalimat utama di awal paragraf
2) Diawali dengan pernyataan umum disusul dengan
uraian atau penjelasan khusus
3) Diakhiri dengan penjelasan
Contoh :
Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan
adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus)
dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi
sosial dan penanda status social.
2.Metode Induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan
menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan
contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan
umum. Paragraf Induktis sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis.
Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi, paragraf analogi, paragraf sebab
akibat bisa juga akibat sebab.
Ciri-ciri Paragraf Induktif
1. Terlebih dahulu menyebutkan
peristiwa-peristiwa khusus
2. Kemudian, menarik kesimpulan
berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
3. Kesimpulan terdapat di akhir
paragrap
4. Menemukan Kalimat Utama, Gagasan
Utama, Kalimat Penjelas
5. Kalimat utama paragraf induktif terletak di
akhir paragraph
6. Gagasan Utama terdapat pada kalimat
utama
7. Kalimat penjelas terletak sebelum
kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus
8. Kalimat penjelas merupakan kalimat
yang mendukung gagasa utama
Jenis Paragraf Induktif :
1. Generalisasi
2. Analogi
3. Klasifikasi
4. Perbandingan
5. Sebab akibat (terbagi menjadi tiga
jenis)
a. Sebab akibat
b. Akibat sebab
c. Sebab akibat 1 akibat 2
Pengertian Paragraf Generalisasi
Kata kunci:
“General = umum”
Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara
menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau
peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili
Contoh
Paragraf Induktif Generalisasi
Setelah karangan anak-anak kelas 3 diperiksa, ternyata
Ali, toto, Alex, dan Burhan mendapat nilai 8. Anak-anak yang lain mendapat 7.
Hanya Maman yang 6, dan tidak seorang pun mendapat nilai kurang. Boleh
dikatakan, anak kelas 3 cukup pandai mengarang. A.S. Broto (ed.)
Pengertian Paragraf Analogi
Analogi adalah penalaran induktif dengan membandingkan
dua hal yang banyak persamaannya. Berdasarkan persamaan kedua hal tersebut,
Anda dapat menarik kesimpulan.
Contoh
Paragraf Induktif Analogi
Sifat manusia ibarat padi yang terhampar di sawah yang
luas. Ketika manusia itu meraih kepandaian, kebesaran, dan kekayaan, sifatnya
akan menjadi rendah hati dan dermawan. Begitu pula dengan padi yang semakin
berisi, ia akan semakin merunduk. Apabila padi itu kosong, ia akan berdiri
tegak.
Pengertian Paragraf Sebab Akibat
Paragraf hubungan sebab akibat adalah paragraf yang
dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada
simpulan yang menjadi akibat.
Contoh
Paragraf Induktif Sebab Akibat
Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya,
pohon-pohon di hutan sebagi penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu,
irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin
mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya.
Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.
Pengertian Paragraf Akibat Sebab
Paragraf hubungan akibat sebab adalah paragraf yang
dimulai dengan fakta khusus yang menjadi akibat, kemudian fakta itu dianalisis
untuk diambil kesimpulan.
Contoh
Paragraf Induktif Akibat Sebab
Hasil panen para petani di Desa Cikaret hampir setiap
musim tidak memuaskan. Banyak tanaman yang mati sebelum berbuah karena diserang
hama. Banyak pula tanaman yang tidak berhasil tumbuh dengan baik.
Bukan itu saja, pengairan pun tidak berjalan dengan
lancar dan penataan letak tanaman tidak sesuai dengan aturannya. Semua itu
merupakan akibat dari kurangnya pengetahuan para petani dalam pengolahan
pertanian.
Pengertian Paragraf Sebab Akibat 1
Akibat 2
Dalam paragraf hubungan sebab akibat 1 akibat 2, suatu
penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi
sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikian seterusnya hingga timbul beberapa
akibat.
Contoh
Paragraf Induktif Sebab Akibat 1 Akibat 2
Baru-baru ini petani Cimanuk gagal panen karena
tanaman padi mereka diserang hama wereng. Peristiwa ini menelan kerugian
ratusan juta rupiah. Selain itu, distribusi beras ke kota-kota besar seperti
Jakarta dan Bandung terganggu.
Pendekatan Ilmiah (Gabungan antara
Deduktif dan Induktif)
Metode berpikir pendekatan ilmiah adalah penalaran
yang menggabungkan cara berpikir deduktif dengan cara berpikir induktif. Dalam
pendekatan ilmiah, penalaran disertai dengan suatu hipotesis.
Misalkan seorang siswa yang apabila sebelum berangkat
sekolah telah sarapan terlebih dahulu dalam porsi yang banyak, dia tidak akan
kelaparan hingga jam pelajaran berakhir. Secara deduktif, akan disimpulkan
bahwa setiap anak yang makan banyak tidak akan cepat lapar. Untuk menjawab
kasus seperti ini, kita ajukan pertanyaan mengapa seorang siswa cepat lapar?
Untuk itu, kita ajukan hipotesis bahwa siswa akan cepat lapar jika makanan yang
dimakan kurang memenuhi standar gizi dan energi yang dihasilkan oleh makanan
tersebut sedikit. Kemudian secara induktif
kita uji untuk mengetahui apakah hasil pengujian mendukung atau tidak
mendukung hipotesis yang diajukan tersebut.
SUMBER :
http://febrianiega.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-penalaran-deduksi-dan-induksi_28.html